Elegi Senja

  • November 22, 2017
  • By Ayu Fitri Septina
  • 0 Comments

Terlalu manis dilupakan, terlalu sedih dikenangkan..
Setelah aku jauh berjalan dan kau kutinggalkan..
Betapa hatiku bersedih mengenang kasih dan sayangmu,
Setulus pesanmu kepadaku,
Engkau kan menunggu..
Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi?
Adakah jalan yang kulalui, untuk kita kembali lagi?

Lagu legend yang di populerkan oleh Ruth Sahanaya itu terngiang di kepalaku. Aku yang memang melankolis ini tak pelak berair mata. Diksi dan nada lagu itu benar-benar menyayat jiwa.

Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi? Ya, benar adanya. Seandainya kau datang, apa yang harus kukatakan? Duhai, semuanya sungguh berantakan. Yang hidup seperti tak hidup, keluarga seperti bukan keluarga, dan aku hanya bisa tersungkur . Ikut luruh bersama rindu yang kian deras menghujani. Tuhan, sungguh kehilangan adalah sebuah rasa yang begitu menyakitkan.

Entah bagaimana harus kutuliskan, bahwa aku benar-benar putus asa. Berdiri di atas takdirMu Tuhan, kadang seperti menapaki bara api. Pedih tiada terperi. Sayangnya pilihanku sama-sama menyakitkan. Tetap berdiri ataukah terus berjalan?

Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi? Akan kukatakan, tiada yang baik-baik saja. Waktu bergulir penuh duka yang sempurna ditutupi sandiwara. Maka maafkan jika aku hanya diam. Catatan pahit ini sungguh membuatku bungkam.

Tuhan, apalagi yang harus kumengerti? SenjaMu bahkan hanya menghadirkan elegi. Apalagi yang harus kutunggu? Sementara aku tak mampu lagi menunggu. Sungguh, jika rindu itu bernyawa, bolehkah kubunuh ia?

Senja kemarin :)


You Might Also Like

0 comments