Sekelumit Kisah dan Oleh-Oleh Dari Jumpa Penulis 2018

  • Oktober 13, 2018
  • By Ayu Fitri Septina
  • 0 Comments

Haloha!

Kali ini aku mau bagi-bagi cerita dan ilmu yang kudapat dari acara Jumpa Penulis 2018 kemarin. Yep, acara ini adalah seminar literasi terakbar di 2018, setelah sebelumnya di tahun 2017 telah menuai kesuksesan yang luar biasa. Komunitas Menulis Online (KMO) Indonesialah yang mengadakannya.

Tahun ini, acara Jumpa Penulis digelar di Universitas Terbuka Convention Centre (UTCC) Pondok Cabe, Tangerang Selatan dengan jumlah peserta berkisar 750-an. Wow, banget, kan? Nah, berhubung aku mupeng berat sama acara ini karena harinya jatuh di 30 September yang mana itu adalah hari lahirku (ngos-ngosan yak, bacanya :D), jadi aku minta tiket JP ke si Kakak (suami) sebagai hadiah. Dan di-acc dah sama dia, yeay! Akhirnya, hari Sabtu tepatnya pukul 13.50 WIB, kami berangkat ke Jakarta. Juk-ijak-ijuk-ijak-ijuk, kereta berangkat hatiku gembira!

Sampailah kami di stasiun Pasar Senen pada pukul 18.41 WIB (ampe segala jamnya apaaal), dan kami pun langsung cuuss ke penginapan yang udah dibooking H-7 di daerah dekat UTCC. Alangkah baiknya begitu ya, Dears, persiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari biar enggak kelihatan bingung di kota orang. Apalah lagi kelihatan celingukan di Jakarta, bahaya! Bisa-bisa nanti dijadikan sasaran kejahatan. Jakarta mah udah putus urat simpatinya, begitu kata sopir Go-Car yang kami tumpangi.

Pagi pun menjelang, tibalah hari yang kunanti-nanti sebulan terakhir ini. Happy birthday, Ayu! Semoga hadiah Kakak tahun ini bermanfaat sampai kapan pun buatmu. Iyalah, secara kita bakal dapat ilmu yang bakalan terus kepakai dan enggak pernah habis.

Setengah delapan pagi kami cuuss ke UTCC. Acara dimulai pukul sembilan tapi proses registrasi sudah dibuka sejak pukul tujuh. Wah, ampun dah! Entah kenapa aku tuh deg-degan. Maap yak mungkin norak, tapi ya, bangga aja gitu bisa hadir di acara yang diisi sama penulis-penulis tingkat nasional ini.

Setengah sembilan teng! Acara pun dimulai. Salut banget deh, buat panitia penyelenggara, tepat banget jadwalnya tanpa molor-molor karet kaya orang Indonesia kebanyakan (eh, maap nyeplos!). Acara Jumpa Penulis ini berlangsung mulai dari pukul 08.30 WIB sampai 17.30 WIB.

Apakah akan membosankan? Itu juga yang pertama kali muncul dalam benakku. Segitu lamanya cuma dengerin orang ngomong? Wooow, wait-wait! Lihat dulu dong, siapa yang ngomong. Ternyata, semua pembicara ini sama sekali enggak ngebosanin. Yang ada malah aku merasa waktunya kuraaaangg! Terlalu singkat, harusnya acara ini mah diselenggarain tiga hari tiga malam.

Emang siapa aja, sih, penulis-penulis besar yang ngisi di Jumpa Penulis 2018? Ini dia!

1. Tendi Murti

Materi pertama diisi oleh founder dan owner KMO, siapa lagi kalau bukan Kang Tendi Murti. Ternyata Kang Tendi tuh, orangnya mungil, lho, dan kurus sama kaya di foto-foto, hehe. Kang Tendi enggak banyak menyampaikan tentang teori menulis, beliau malah bercerita tentang sejarah KMO berdiri. Enggak cuma itu, beliau juga berkisah tentang kisah hidupnya yang pahit dan tulisanlah yang menyelamatkannya, atas ijin Allah.


Berbagai usaha yang dijalaninya bangkrut, itu enggak cuma sekali, lho. Berkali-kali! Dan, selama berkali-kali itu pula dia mengisi masa bangkrutnya dengan menulis. Tulisanlah (katanya) yang menyelamatkan kondisi finansialnya. Beliau mengawali karir menulisnya dengan menjadi ghost writer hingga kemudian bisa menulis buku solo dan mendirikan KMO.

Selain itu, Kang Tendi juga memaparkan alasan kenapa kita harus menulis. Yang pertama, karena banyak sekali buku-buku jahat yang tersebar di Indonesia. Buku-buku jahat ini misalnya adalah novel-novel yang mengandung SARA dan pornografi. Bahkan, di sekolah-sekolah dasar juga ditemukan buku-buku semacam itu. Jadi, kita harus menulis yang baik-baik untuk melawan buku-buku jahat itu supaya generasi bangsa ini selamat!

Kedua, karena tregedi nol buku yang melanda Indonesia. Budaya baca yang lemah adalah sesuatu yang harus diubah. Karenanya, mari menulis! Semakin banyak buku bermutu, akan semakin menumbuhkan niat baca orang-orang. Semangat, ya!

Di akhir materi ada momen yang begitu mengharukan. Kang Tendi meminta ijin untuk memeluk ayah-ibunya yang memang sengaja diundang dalam acara ini. Ya Allah, itu benar-benar bikin aku iri dan nangis! How sweet ....

2. Sinta Yudisia

Pemateri kita yang kedua adalah Bunda Sinta Yudisia. Wow, Bunda yang satu ini keren banget, lho! Kerjaannya jalan-jalan ke luar negeri. Ke Korea sampai shalat di gedung SM Town aja beliau pernah. Saat jalan-jalan di luar negeri beliau selalu mengenakan batik dan hijab dong, untuk memperkenalkan Indonesia di kancah dunia katanya.

Bunda Sinta Yudisia ini merupakan seorang penulis dan juga psikolog. Berbagai bukunya tentu saja sudah bertebaran di mana-mana. Contohnya nih ada Lafaz Cinta, Rinai, A Rose, Reinkarnasi, Sebuah Janji, dan masih banyak lagi yang lain. Salah satu buku non-fiksinya yang kupunya yaitu Psikologi Pengantin.

Di kesempatan kali ini, Bunda Sinta berbicara mengenai Sastra Santun dan Perdamaian Literasi. Menurut beliau, perkembangan sastra dari zaman ke zaman sangatlah pesat. Dulu, tahun 80-90an, tema yang paling sering diangkat adalah keluarga dan persahabatan. Contohnya saja novel Little House of The Prairie dan Toto Chan. Di zaman milenial sekarang, tema yang paling laris adalah percintaan. Bahkan, beliau bilang miris sekali saat melihat novel-novel dengan isi atau sampul yang vulgar justeru semakin laris di pasaran.

Tujuan menulis seperti yang Bunda Sinta ajarkan adalah untuk mengungkap kebenaran, memberikan pencerahan,sarana menambah ilmu, pun sekadar menghadirkan rasa senang pada pembaca. Sedangkan kunci penulis agar sukses menurut versinya ada tiga, yaitu konsisten, autonomi, dan konten.

Konsisten artinya si penulis harus selalu menulis. Meluangkan waktunya dalam satu hari untuk menulis. Menyelesaikan tulisan yang sedang dikerjakannya saat ini sebelum beralih ke tulisan yang lain. Catat!

Autonomi berarti kemandirian. Sebagai seorang penulis kita dituntut untuk mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah dengan terus menerus belajar. Jangan banyak alasan seperti ah, gimana mau nulis, wong aku enggak ngerti PUEBI. Enggak ada yang ngajari. Enggak ada yang mau ngedit dan menilai tulisanku.

Bunda Sinta melarang keras yang demikian ini. Jika memang enggak punya editor, enggak ngerti PUEBI, ya belajar sendiri. Caranya? Dengan banyak membaca! Pelajari setiap bacaan yang dibaca meliputi tanda bacanya, huruf besar-kecilnya, dan lain-lain. Jadi penulis harus mandiri!

Kunci yang ketiga yaitu konten. Sudah pasti ini adalah isi dari tulisan kita. Bunda menyuruh agar penulis itu mencari tema yang unik dan anti-mainstream supaya menarik pembaca. Boleh juga mengambil tema yang sudah banyak diangkat, tapi tuliskanlah dengan manis dan gaya bahasa sendiri.

3. Helvi Tiana Rosa

Pembicara ketiga ini nih, yang paling kutunggu-tunggu. Bunda Helvi Tiana Rosa, penulis novel epik yang sudah difilmkan, Ketika Mas Gagah Pergi. Bunda Helvi selain seorang penulis juga merupakan seorang dosen sastra di UNJ. Di umurnya yang berkisar lima puluhan, beliau sudah melahirkan enam puluhan judul buku. Wow, keren, kan? Memang itulah niat Bunda Helvi, beliau ingin karya yang diciptakan melebihi umurnya.

Di kesempatan Jumpa Penulis ini, beliau memberikan materi Puisi. Kenapa puisi? Karena, ternyata awal karir Bunda Helvi di kancah literasi adalah dari puisi. Beliau menuliskan puisi tentang gadis kecil di pinggir rel yang punya cita-cita ingin menjadi penulis. Puisi ini sekarang diolah menjadi sebuah lagu dan sebuah film pendek. Buku puisi beliau yang pertama adalah A Lady Dances With Poetry yang ditulis saat beliau masih kuliah. Hebat, ya?

Menurut Bunda Helvi, unsur-unsur dalam puisi adalah sebagai berikut :

 a. Emosi
 b. Imajinasi
 c. Pemikiran
 d. Ide
 e. Nada
 f. Irama
 g. Kesan
 h. Panca indera
 i. Kiasan
 j. Diksi

Wow, banyak sekali ya, ternyata unsur-unsur dalam puisi itu? Iya, sebuah puisi baru bisa dikatakan bagus kalau sudah memenuhi unsur-unsur tersebut. Tentunya, sebelum menulis puisi kita harus punya ide dulu, kan? Nah, Bunda Helvi bilang kalau ide tersebut bisa dicari di mana aja. Sebuah ide bisa kita tentukan dari apa yang kita lihat, kita rasa, atau pun kita dengar.

Kenapa Bunda Helvi sekarang berganti jalur, bukan lagi puisi? Beliau bilang, di Indonesia ini sudah ada Sapardi, Chairil Anwar, WS. Rendra, terus Helvi Tiana Rosa mau ditaruh di mana? Selain itu menerbitkan buku puisi juga lebih susah, katanya. Akhirnya beralihlah beliau ke novel.

Bunda Helvi juga berpesan supaya kita selalu menulis setiap hari. Beliau menyebutnya dengan Snack Writing, atau nulis yang sekadar buat cemilan. Tulisan ini contohnya seperti menulis di blog sendiri, caption foto di facebook, IG, dan lain-lain. Pokoknya harus meluangkan waktu dalam sehari untuk menulis!

Oh ya, ada salah satu puisi milik Bunda Helvi yang super pendek untuk membangunkan suaminya tahajud, loh! Puisi ini juga dijadikan lagu oleh seorang musisi Indonesia. Ini dia bunyinya :

Bangunlah Cinta
Airmatamu bercahaya
Di dua pertiga malam

Uwoooooooo! So sweeet, kan?

4. Ustad Nasrulloh

Pembicara berikutnya adalah Ustad Nasrulloh. Di sini beliau mengenalkan para peserta dengan training dan buku Magnet Rezekinya. Buat yang belum tahu, Ustad Nasrulloh ini adalah penulis Diary Garputala.

Beliau menulis buku berawal dari kegiatan setiap malamnya menulis diary. Iya, benar! Jadi, sebelum tidur Ustad Nasrulloh akan menulis tentang poin-poin yang telah dijalaninya hari ini. Dan dari poin-poin itulah akhirnya bisa lahir sebuah buku best seller Magnet Rezeki ini.

Satu hal yang masih terus teringat dari apa yang disampaikan beliau. Mau bagaimana pun kerasnya hidup, katakan ini : Woooww, keren!

Maka otak kita akan menangkap ungkapan tersebut dan akan terpatri dalam kehidupan kita. Jangan sekali-kali membatin atau bilang tentang hal-hal yang negatif, karena itu jugalah yang akan dicerna otak dan terefleksikan dalam kehidupan. Jika kita percaya bahwa keajaiban itu nyata, maka hidup kita akan penuh dengan keajaiban.

Semangat!

5. Oki Setiana Dewi dan Fissilmi Hamida

Nah, ini dia pengisi materi yang sampai-sampai kubela-belain kereta-keretaan dari Tegal ke Jakarta. Anna Althofunnisa aka Oki Setiana Dewi. Wuuuh, semua pasti udah pada tahu kan, siapa beliau ini? Selain seorang aktris dan ustadzah, beliau juga merupakan seorang penulis buku. Ada yang pernah baca Melukis Pelangi? Atau buku best seller terbarunya yang berjudul Sebentang Kearifan dari Barat?

Sama seperti Ustad Nasrulloh, awal mula Oki menulis adalah dari diary. Akhirnya, karena hijrahnya mengundang banyak sekali pertanyaan sehingga beliau lelah menjawab, dituliskanlah kisah itu pada sebuah buku. Buku pertamanya, Melukis Pelangi. Saat ini Oki sedang melanjutkan S3-nya di luar negeri dan dia berencana akan menulis buku parenting dan anak.

Setiap kali menulis, Oki selalu melakukan research atau riset secara langsung. Terbukti di buku terbarunya Sebentang Kearifan dari Barat, beliau mewawancarai tokoh-tokoh agama dari berbagai penjuru dunia. Menurut beliau, riset akan membuat sebuah bacaan terasa lebih hidup. Tak jarang beliau merekam apa yang dikatakan narasumbernya.

Selain itu, Oki juga berpesan pada peserta agar tidak setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. SELESAIKAN APA YANG SUDAH DIMULAI! Woooow, tamparan keras buat aku pribadi! Semangat nyelesaiin yang pada mangkrak-mangkrak itu, yuk!

Nah, yang barengan sama Oki ada Fissilmi Hamida. Jadi, untuk kedua narasumber ini modelnya talkshow gitu sama pembawa acaranya, bukan ngasih materi kaya pembicara sebelum-sebelumnya. Fissilmi adalah penulis novel Canting yang lagi ramai banget nih, di KMO. Beliau pesan bahwa yang namanya outline itu wajib dibuat sebelum nulis novel, biar ceritanya enggak melebar ke mana-mana.

Selain itu, jangan urusi haters! Katanya, energi negatif akan membuat kita tidak bisa berkarya. Kuote dari Fissilmi yang nampol banget sih ini menurutku : Cara menikmati hidup selain dengan menjalaninya adalah dengan menertawakannya. So, kamu setuju? Kalau aku sih, iyes!

6. Dewa Eka Prayoga

Pemateri selanjutnya adalah Kang Dewa Eka Prayoga. Siapa yang enggak kenal sama beliau? Kalangan entrepeneur pastinya sudah familiar dengan beliau, kan? Yup, Kang Dewa adalah penulis buku Gara-Gara Facebook. Pada kesempatan kali ini, Kang Dewa menyampaikan tentang Product Launch Dynamite.

Kata Kang Eka, seorang penulis juga harus bisa teknis marketing alias ilmu pemasaran. Jadi, saat kita sudah menerbitkan buku, buku itu enggak cuma krik-krik akhirnya. Motto Kang Dewa ini jos banget lho, Haram nulis buku kecuali best seller! Cadas banget, kan?

Menurut Kang Dewa, yang harus dipersiapkan dengan baik saat launch product atau dalam kasus ini buku adalah :
- Judul
- Subjudul buku
- Domain
- Akun sosmed

Sebelum tahap launching, kita juga butuh yang namanya pre-launch. Nah, masa pre-launch itu bisa kita lakukan pada saat kita sedang menulis naskah tersebut. Jadi, pamer-pamer dulu lah, sedikit. Aku lagi nulis buku nih, tentang pernikahan, gitu misalnya. Tujuan pre-launch sendiri buat apa, sih?

Yang pertama adalah awareness, yaitu untuk memberitahu pembaca. Nah, kalau kita dari awal nulis udah pamer kan, otomatis pembaca pada tahu, tuh. Oh, itu lho, si A lagi nulis buku anu. Kalau sudah tahu, yang berikutnya adalah penasaran atau values.

Berhubung kita gencar ngasih spoiler-spoiler tentang buku yang sedang kita tulis, jadilah pembaca yang udah tahu itu akhirnya penasaran. Apa sih, kok kayanya seru banget? Gitu, kan? Nah, kalau sudah penasaran, akan majulah ke tingkatan yang selanjutnya, yaitu relationship atau dia akan menjalin hubungan dengan kita. Misalnya dengan DM atau mesanger, eh, mbak, kenalan dong, dan sebagainya.

Nah, ketika sudah terjalin hubungan itulah akhirnya timbul rasa percaya atau trust. Kalau sudah percaya, dia bakal beli buku kita enggak? Insyaallah beli lah, ya. Dan tugas kita adalah memuaskan mereka supaya enggak kecewa. Ya, kasih karya yang sebaik mungkin enggak cuma spoilernya aja yang bagus.

Jadi, pesan Kang Dewa adalah : Jangan jadi penulis yang cuma bisa nulis tapi setelah launching buku cuma krik-krik. Garing. Enggak laku. Ayo belajar pre-launch dan launching product!

Gimana? Setuju? Aku sih,  yes!

7. Rendy Saputra

Berhubung Pidi Baiq berhalangan hadir karena masih ada keperluan lain di Surabaya, maka Rendy Saputra menjadi pembicara terakhir kita. Yup! Beliau adalah penulis buku yang baru saja diterbitkan oleh KMO, Narasi Negeri Berdaya. Buku ini mengupas tentang krisis yang tengah dialami Indonesia. Agak berat, ya? Hehe.

Dalam kesempatan ini, Rendy menuturkan bahwa negara kita jadi begini karena telah kehilangan narasi. Intinya, materi beliau sangat menggugah semangat peserta untuk terus menulis demi kelangsungan Indonesia. Keren, kan?

Nah, setengah enam sore sudaaah, waktunya kita pulang kembali pada mantan, *eh. Bukan, ya, pulang ke rumah masing-masing dengan membawa ilmu dan semangat baru dari acara kereeeenn ini. Ayo menulis!


You Might Also Like

0 comments