Review Film Pet Sematary: Saat Kau Ingin yang Mati Bangkit Lagi

Halo!

Lama banget gak nulis di sini saking sibuknya (jiahahah) padahal udah ada beberapa novel yang siap direview. Oke, baique! Lupakan sejenak novel, karena aku punya review film yang masih fresh banget. Baru tadi siang aja aku nonton di CGV.

Ini dia!

Judul : 
Pet Sematary

Tahun rilis : 
April 2019

Produksi : 
Paramount Pictures

Genre : 
Horor (Dewasa)

Durasi : 
120 menit

Pemain : 
Jason Clarke (Louis Creed), Amy Seimetz (Rachel Creed), Jete Laurence (Ellie Creed), John Lithgow (Jud Crandall), Lucas Lavoie (Gage Creed)

Sinopsis

Bercerita tentang sebuah keluarga yang pindah ke pinggiran kota, Ludlow. Sang ayah Louis Creed yang merupakan seorang dokter, ingin bekerja di klinik desa yang tidak menyita banyak waktunya. Dia ingin lebih punya waktu luang bersama anak-anaknya, Ellie dan Gage. 

Namun, tak disangka rumah dengan tanah yang begitu luas itu menyimpan mitos kuno. Di belakang rumah mereka yang merupakan hutan lebat, ada sebuah kuburan khusus untuk mengubur hewan peliharaan. Saat hendak mengubur hewan yang telah mati, warga setempat harus melakukan ritual tertentu.

Nahas, Curch, kucing kesayangan Ellie juga mati tertabrak truk yang melintas. Tanpa sepengetahuan Ellie, ayah dan tetangga tua mereka, Jud, mengubur Curch di tengah malam. Namun, Jud mengajak sang ayah untuk melewati 'batasan'. Dikuburlah Curch di tanah jahat yang konon ... semua yang dikuburkan di situ akan bangkit lagi. Lolos dari kematian.

Dan benar, esok paginya kucing itu masih ada di kamar Ellie. Ellie tak pernah tahu bahwa sebenarnya peliharaannya itu telah mati. Namun, tanpa disadari, inilah awal dari malapetaka dan kematian mereka yang sesungguhnya.

Penasaran? Sok beli tiketnyaaaa!
Bentar, tarik napas dulu. Baiqueeee ... haha awalnya aku mengira ini film apa, sih? Sematary itu apa, sih? Setelah lihat trailernya aku baru ngeh! Ooohh, maksudnya cemetery (atau cemetry), tho? Kuburan? Dan itu bukan salah eja, tapi memang begitulah.

Awalnya masih ragu mau nonton apa gak, tapi setelah tahu kalau ini film diadaptasi dari novelnya Stephen King, keraguan itu sirna. Pasti bakal keren! Oke, dan setelah selesai nonton, aku cuma mikir satu: can I get, read, and eat this novel?

Dari ide cerita, aku pribadi udah tertarik (sekaligus ngeremehin, hehe) film ini. Kuburan hewan? Apanya yang seram? Eh, tapi ternyata isi ceritanya kompleks! Ini menurutku lebih ke horor psikologi karena di sini emosi kita yang dimainin.

Konfliknya bercabang, antara trauma sang ibu dengan saudari di masa lalunya. Si ibu ini, Rachel Creed, dia tidak mau sama sekali membicarakan kematian karena menurutnya itu murni urusan Tuhan. Berbanding terbalik dengan suaminya, Louis, yang seorang dokter, rasionalis, dan sedikit atheis. Baginya kematian adalah hal yang normal dan alamiah. Konflik ini berkembang terus dan naik terus sampai si kucing, Curch, ditemukan mati. 

Hasil gambar untuk pet sematary 2019
Salah satu adegan di Pet Sematary
Penokohan dan karakternya, oke punya! Jujur aku kagum banget sama para aktor dan aktris ini. Terutama sama akting Rachel sebagai ibu yang dirundung trauma. Saat salah satu anaknya meninggal (yah spoiler!) yang membuat dia nyaris gila, duh aktingnya hebat banget! 

Sang ayah juga dapet banget. Percaya deh, film ini bakal mengaduk-aduk emosi kalian dan ngebawa kalian ke dalam suasana keluarga yang hangat, bahagia. Lalu sepersekian detik dihantam kesedihan yang tiada terkira, plus malapetaka lain yang susul menyusul. Akting para lakon ini patut diacungi jempol.

Tokohnya pun gak banyak, film ini gak bakal bikin kalian bingung karena harus ngapalin nama tokoh. Paling cuma keluarga inti ini, empat orang, ditambah tetangga tuanya, Kakek Jud. Udah.

Alur film ini campuran, ya. Kadang kita dibawa ke masa lalu ibunya, terus dibawa lagi ke masa ini. Konfliknya juga runut, semakin naik, tegang, dan pecah! Awal-awal sih menurutku lumayan membosankan, hehe. Tapi semakin jauh film ini bakal bikin kalian penasaran. Mau dibawa ke mana sih, sebenarnya? Gak sabar juga gitu pengin tahu endingnya gimana.

Bicara jumpscare? Baik, film ini gak mengandung unsur jumpscare yang keterlaluan sampai bikin jantungan. Menurutku, kengerian yang dibentuk di sini tuh lebih ke emosi (balik lagi pembahasan tadi, duh). Jadi ... gimana sih, Gaes, rasanya kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita sayangi?

Terus di saat susah nerima kenyataan itu, ada sebuah jalan yang gila namun cuma itu satu-satunya. Gimana sih, Gaes, kalau sesuatu atau seseorang yang kita cintai itu udah mati terus kalian bangkitkan dari kematiannya? Wujudnya sama, tapi isinya yang beda. Nah, ini nih, yang disuguhkan Pet Sematary.

Jadi, kalian gak akan ditakut-takutin sama hantu yang makeup-nya lebay, gak! Di sini emosi dan pikiran kalian yang bakal lebih ditakut-takutin. Cemerlang banget dah, Stephen King emang!

Plot twist, kayanya gak begitu menonjol di film ini. Biarpun gak ada plot twist, tapi ini film tetap seru dan mancing penasaran, kok. Kalau plot hole, eemm... bukan plot hole kali, ya, cuma kekurangan-kekurangan aja, ada. Banyak malah menurutku.

Hasil gambar untuk pet sematary 2019
Curch, si kucing lucu
Ini juga kenapa aku jadi mupeng pengin baca novelnya. Pasti novelnya jauh lebih keren. Jadi, film dengan durasi cukup panjang ini masih kurang detail. Keluar dari bioskop tuh, banyak banget pertanyaan di kepalaku yang belum terjawab. 

Kaya misal ritual itu tujuannya buat apa? Terus arwahnya Pascow (yang notebene bukan siapa-siapa) kok jadi baik sama keluarga si dokter. Terus mitosnya juga dikiiiit aja diceritainnya. Terus ini kenapa jadi sematary, kenapa ejaannya bisa begitu? Ah, pokoknya gak terjawab tuntas, deh! Dan mungkin di novel ada jawabannya (harusnya ada lah, ya).

Setting-nya oke, hutannya cukup bikin khayalan ini melayang ke mana-mana. Rumah yang 'sendirian' pun menjadi pelengkap. Yah, visualisasi cukup lah, audio juga gak terlalu kezam. Pas aja. 

Gimana akhir dari cerita ini? Finally ... kalian gak akan bisa terima kalau akhirnya mesti begitu. Buat pecinta horor sih, mungkin ending kaya gini bukan hal baru dan udah ketebak, ya. Tapi, tetap aja ... bingung jelasinnya aku wkwk. Ah, miris, sad, gak rela, dan kok bisa gitu, sih? Gitulah pokoknya. 

Aku baru tahu juga, kalau film ini ternyata remake. Novel ini rilis di tahun 83 (tua kan, ya) dan di tahun 89 (kalau gak salah), udah difilmin. Nah, 2019 ini diangkat lagi. Daaaann aku baru tahu lagi kalau novel ini digadang sebagai novel horor tersukses sepanjang masa. Dapat nobel macam-macam, masuk juga ke best selling New York.

Hasil gambar untuk pet sematary 2019
Pasangan Creed
Hmm, kalau dibanding sama IT yang juga karya Stephen King dan difilmkan juga (dan sempat heboh banget kan, film ini). Aku rasa Pet Sematary ini masih lebih bagus. Aku gak dapat apa-apa setelah nonton IT. Tapi, setelah nonton Pet ini aku jadi ngerti satu hal. 

Kehilangan emang nyakitin, Gaees! Kadang banyak orang yang jadi kehilangan akal sehatnya saat kehilangan seseorang yang dicintai. Yah, gak terkecuali orang paling rasionalis sedunia kaya Dokter Louis ini. Terus, film dan novel ini sebenarnya mau menyampaikan bahwa: kehidupan setelah kematian itu ada. Dan, mereka yang sudah mati ya, gak akan suka kalau kamu bangkit-bangkitin lagi. Mereka malah akan menderita. Hiks. 

Ah, banyak pesan moralnya, Gaess. Meski bukan film horor terbaik versiku, tapi aku gak nyesel ngeluarin 90 rebu (wkwk) buat nonton film ini. Benar-benar pas, gak terlalu apik, juga gak bikin kecewa. Pas buat hiburan dan refreshing. Aku kasih 7/10 buat Pet Sematary. Di Imdb sendiri film ini dapat rating 6,4. Tapi bener, kalian gak akan nyesel nonton ini film. 

Ada satu quote yang emang menarik sekaligus jadi tagline film ini.

Sometimes, dead is better. Kadang, kematian memang lebih baik.

Penasaran sama munculnya quote ini? Yuk, nonton segera, mumpung masih diputar di bioskop. 

Udah, sekian dulu review-nya. Sampai jumpa di review berikutnya!

Salam, 


You Might Also Like

0 comments