Review Padmaavat: Tentang Kesetiaan dan Cinta Seorang Ratu Kepada Rajanya

  • Februari 12, 2019
  • By Ayu Fitri Septina
  • 2 Comments

Selamat siang!


Kali ini aku mau review film kolosal Bollywood terbaru, ini dia!

Judul : 
Padmaavat

Tahun rilis : 
Januari 2018

Sutradara : 
Sanjay Leela Bhansali

Pemain : 
Deepika Padukone (Rani Padmaavati), Shahid Kapoor (Maharawal Ratan Singh), Ranveer Singh (Sultan Alauddin Khilji), etc.

Genre : 
Sejarah, Drama, Romance

Durasi  : 
163 menit

Sinopsis

Bercerita tentang seorang putri Sanghal yang tercantik di muka bumi pada saat itu, Padmaavati. Dia merupakan putri Raja Sanghal. Suatu hari, Padmaavati tengah berburu rusa namun panahnya meleset dan justru mengenai seorang raja Mewar, Ratan Singh. Keduanya jatuh cinta, lalu Padamaavati dibawa ke Mewar dan dinikahi sang Raja.

Di waktu yang sama, di seberang sana tepatnya di Afghanistan, terjadi pemberontakan kesultanan Khilji oleh menantu sang Sultan yang sangat tamak dan berambisi, Alauddin. Setelah Alauddin menjabat sebagai sultan, seorang pengkhianat dari kerajaan Ratan Singh di Mewar datang kepadanya dan membisikkan bahwa Mewar mempunyai Padmaavat, ratu yang sangat jelita dan cerdas dalam taktik perang.

Ambisi Alauddin kembali menggebu-gebu. Meski dia juga sudah mempunyai ratu, tapi nama Padmaavat terus menghantui hidupnya, membuat dia bertekad untuk menghancurkan Mewar. Akhirnya, takdir mempertemukannya dengan sang Raja Ratan Singh, membuat mereka berduel dengan tujuan yang bertolak belakang. 

Siapakah yang akan menang? Berhasilkah Alauddin meluluh lantakkan dan menguasai India? Berhasilkah dia mempersunting Padmaavat, keindahan alam yang memancar itu? Apa yang akan dilakukan Padmaavat demi suami, raja, dan kehormatannya?

Tonton saja sendiri! Wwkwk.




Ya ya ya, film ini ... lumayan. Bagus sih, tapi ada beberapa yang kurang menurutku, jadi lumayan ajalah, hehe. Perlu diketahui, film ini sempat mengundang kontroversi sehingga mengalami kemunduran rilis yang cukup lama. Karena mengangkat cerita sejarah dari sebuah puisi, wajar saja sih, jika ada pihak yang kurang terima. Katanya, sosok Padmaavat di film terkesan jauh berbeda dari aslinya. Terlepas dari itu, ini memang film yang mengangkat percintaan Ratu Hindhu dan Raja Muslim.

Ide yang bikin hatiku ngilu sih, sebenarnya. Yang berhubungan dengan ‘rebutan perempuan’ begini memang sukses bikin aku merinding sendiri. Tapi, katanya lagi memang lumrah di zaman itu (abad 13) perang antar kerajaan lantaran berebut Sang Ratu biasa terjadi. Dih, segitunya, ya?

Penokohan dan karakter cukup oke, kedua raja baik dan jahat ini sukses membawakan perannya. Raja Ratan yang kalem dan bijaksana, Sultan Alauddin yang beringas dan kelihatan banget mata keranjangnya, cocok dah! Entah kenapa tapinya, aku kok ngerasa kurang sreg tokoh Padmaavati ini diperankan oleh Deepika. Nggak tahu kenapa sih, tapi pesona dan aura ratunya tuh kurang dapet aja menurutku. Tapi belum ada bayangan juga siapa yang sebaiknya ada di posisi Deepika. Aku aja apa, ya? Wkwk!

Menggunakan alur maju, film ini nggak sulit diikuti. Di awal kita akan dihadirkan dengan setting hutan. Ya, Sanghal itu kerajaannya di tengah hutan, jadi Ratu Padmaavat ini kesan pertamaku adalah Tarzan perempuannya India. Kemudian beralih ke kesultanan Afghanistan, beralih lagi ke kerajaan Mewar yang luar biasa megahnya. Film ini akan berlanjut di tengah padang pasir, perang besar.

Konflik yang ... apa ya? Terlalu tergesa-gesa di awal menurutku. Masa dua hari ketemu Raja dan Padmaavat itu langsung jatuh cinta? Langsung ngajak nikah pula padahal si Raja ini ya udah punya Ratu juga di istananya. Ups, spoiler!

Untuk kemudian berlanjut ke pemberontakan demi pemberontakan, perang demi perang, dan menanjak terus hingga klimaks. Cukup oke, sih! Kita bakal dibawa ke abad 13 yang cuma ada kuda-kuda, gajah, tandu, pedang, dan pakaian perang yang berat khas zaman itu. Tahulah sekarang kenapa ini film digadang-gadang ngabisin biaya paling mahal sepanjang perfilman India.


Visualisasi cukup meyakinkan, meski dan sayangnya, ada efek 3D (ya, film ini ada versi 3D-nya dan jadi film Bolly pertama yang diformat IMAX 3D) yang aduh, aneh banget. Belum mulus dan masih kelihatan animasi banget menurutku. Film ini ada nyanyi-nyanyinya meski cuma sedikit sekali porsinya. Kekentalan kultur India masih sangat terasa di sini, termasuk juga ritual yang bikin geleng-geleng kepala. Sang Ratu dan semua perempuannya  juga nggak  pernah lepas dari sari dan tindik hidung yang guede itu.

Ada sedikit plot twist di film ini yang sayangnya udah ketebak dari awal. Tapi, yang bikin cless di hati sih, ending-nya. Ya ampun, nggak nyangka aja gitu bakal kaya gitu. Sedih dah, sedih! (takut spoiler ini aku). Durasi yang cukup lama nggak bikin Padmaavat ngebosenin, kita seperti diajak mengembara ke zaman duluuuu banget yang semuanya masih serba manual dan orangnya sakti-sakti, hehe.

Kita juga bakal ngerti deh, kalau dari dulu yang namanya wanita emang racun dunia, wkwk. Di zaman itu wanita hanya sebatas pemuas nafsu birahi pria saja, meski jika kalian jadi Ratu di zaman tersebut, kehormatan kalian bakal banget dilindungi dengan cara apa pun. Maksudnya, di sini Ratu tidak boleh sembarangan menampakkan wajahnya pada tamu, apalagi keluar gerbang istana.

Nggak ada plot hole yang ngeganggu keutuhan cerita, pada garis besarnya ini sebuah film sejarah yang cukup bagus. Kurangnya apa, ya? Kurang gereget aja kali, ya. Eksekusi film ini tidak sesukses sejarah besarnya, entahlah, nggak ada yang membekas lama di hati gitu setelah nonton. Langsung ilang aja, padahal bagus lho, ceritanya.  

Ada pesan moral yang dapat banget diambil dari film ini. Kesetiaan sang Padmaavat ini harus banget dicontoh sama perempuan-perempuan milenial. Keren lah, dia! (nggak bisa ngetik gimana kerennya, ntar spoiler). Tapi, buat suami-suami milenial, nggak bisa banget film ini dicontoh, karena di sini digambarkan kalau lelaki yang udah beristri ya sah-sah aja mau nikah lagi juga. Tanpa perlu bilang ke istri pertamanya pula, tahu-tahu pulang bawa bini baru. Duh, nyesek!

Satu lagi, plis, jangan sampai ngorbanin semuanya demi rebutan wanita. Itu suatu hal yang menjijikkan ya, nggak sih? Walaupun katanya dia perempuan tercantik di muka bumi,  tapi udah jadi bini orang, Bang, kok mau direbut-rebut? Kaya nggak ada perempuan lain aja di dunia ini. Jangan juga berkhianat, karena pengkhianat nantinya bakal juga dikhianati.

Ada satu quote yang bagus, yang diucapin Raja Ratan Singh :

Belajarlah beretika, karena etika akan mengajarkanmu menjadi manusia.

Nampol, kan? Akhirnya, berhubung film sejarah ini sukses bikin aku merinding, aku kasih 7,5 / 10 deh. Di Imdb sendiri, film ini berhasil meraih 7 / 10 suara.

Jadi, selamat menonton dan sampai jumpa di review selanjutnya!

Salam,




You Might Also Like

2 comments

  1. aih keren reviewnya, beneran bikin penasaran, sayang spoilernya dikit banget wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi makasih, Mbak. Tak kira itu malah kebanyak spoiler, Mbak :D

      Hapus